google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Freeport-Amman Smelter Cooperation Stopped - MEDIA MONITORING GOLD MINE -->

Freeport-Amman Smelter Cooperation Stopped



The collaboration between PT Amman Mineral Nusa Tenggara and PT Freeport Indonesia to build a processing and refining plant (smelter) until now has not been developed. In fact, the two mining companies have been exploring cooperation and conducting joint studies. Amman Mineral and Freeport have previously signed a memorandum of understanding (MoU) regarding the exploration of the joint construction of a smelter on August 31 last year.



After the signing, Freeport and Amman conducted joint technical studies and studies. In fact, the officials of the two holding companies, namely Medco Arifin Panigoro Founder and Medco President Director Hilmi Panigoro and Freeport McMoran CEO Richard Adkerson have already done meeting in Washington DC, United States on June 25.

Arifin Panigoro

Unfortunately, Freeport Indonesia Spokesman Riza Pratama said, there had been no progress in cooperation with Amman. The continuation of cooperation must await the results of the Freeport negotiations with the government.

Hilmi Panigoro

"The construction of the smelter is waiting for the whole agreement," said Riza in Jakarta

The government and Freeport are still carrying out discussions. The four points are the extension of operations until 2041, construction of smelters, 51% divestment, and state revenues. The general agreement of the four points was reached in August 2017. Now both parties are conducting detailed discussions of the agreement.



Before there was an agreement on cooperation with Freeport, Amman Mineral itself had started the construction of a smelter in Sumbawa, West Nusa Tenggara in April 2017. The Amman smelter was built on 100 hectares of land near Benete Bay. The smelter's progress has been more than 10% or land preparation is targeted to be completed by the end of 2018.

The smelter is planned to have an input capacity of 1 million tons of copper concentrate per year and can be increased to 1.6 million or 2 million tons per year. This capacity can process concentrates both from the Batu Hijau mine, potential supplies from the Elang mine which is currently in the exploration stage, as well as other concentrated sources of suppliers.

The company, previously named PT Newmont Nusa Tenggara, even had two design smelters. One of the designs is related to cooperation with Freeport. The smelter capacity can be increased by around 2 million to 2.6 million tons of concentrate.

Meanwhile, Amman Mineral's Head of Corporate Communications Anita Avianty said, an exploration of cooperation with Freeport was still being carried out. It's just that he did not explain whether the joint study and technical studies had been completed.

"We are still continuing to carry out discussions for this smelter project development cooperation," he said.

On the other hand, Freeport actually started building a smelter in Gresik, East Java since 2014. It's just that the progress until now has not entered the construction phase. Because the mining company from the United States requires operational certainty after the end of the Contract of Work (KK) in 2021.

As with cooperation with Amman, the continuation of the smelter project is still in detailed discussion with the government. However, Freeport affirms its commitment to build a smelter, only the deadline for the construction of the smelter has not been agreed. Considering the beginning of 2022 is the deadline for concentrating exports, Freeport smelters must be completed in about three years. While the construction of a smelter usually takes five years.

Freeport's cooperation with Amman is one option if the smelter in Gresik has not been completed in 2022 later. But when confirmed about this Riza did not confirm or deny it.

"Still under discussion," he said.

Saat ini sebanyak 1 juta ton per tahun produksi konsentrat tembaga dari Freeport diolah di smelter milik PT Smelting Gresik. Selain itu, Freeport juga mengekspor konsentrat tembaga sebesar 1,2 juta ton per tahun. Tanpa smelter baru, maka pada 2022 nanti, Freeport hanya bisa mengekspor hasil pemurnian dari 1 juta ton per tahun produksi konsentratnya.



Amman Mineral and Freeport have the obligation of domestic publication as a condition to be able to export concentrates until 2022. The reason is that both of them have switched their contracts to become a special mining business permit (IUPK). In accordance with Government Regulation Number 1 of 2017 concerning the implementation of mineral and coal mining activities which state that only the minerals produced by the earth are allowed to be exported starting in 2022.

IN INDONESIAN

Kerjasama Smelter Freeport-Amman Terhenti


Kerja sama antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara dengan PT Freeport Indonesia untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) hingga kini tak ada perkembangan. Padahal, kedua perusahaan tambang ini telah menjajaki kerja sama dan melakukan Studi bersama. Amman Mineral dan Freeport sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU) tentang penjajakan kerja sama pembangunan smelter bersama pada 31 Agustus tahun lalu.

Pasca penandatanganan itu, Freeport dan Amman melakukan studi maupun kajian teknis bersama. Bahkan, para petinggi kedua induk perusahaan tersebut, yakni Pendiri Medco Aritin Panigoro dan Presiden Direktur Medco Hilmi Panigoro dengan CEO Freeport McMoran Richard Adkerson sudah melakukan pertemuan di Washinton DC, Amerika Serikat pada 25 Juni lalu.

Sayangnya, Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, belum ada progres kerja sama dengan Amman. Kelanjutan kerja sama itu harus menunggu hasil negosiasi Freeport dengan pemerintah. 

“Pembangunan smelter menunggu kesepakatan seluruhnya,” kata Riza di Jakarta

Pemerintah dan Freeport masih terus melakukan pembahasan. Adapun keempat poin itu yakni perpanjangan operasi sampai 2041, pembangunan smelter, divestasi 51%, dan penerimaan negara. Kesepakatan umum keempat poin itu sudah tercapai pada Agustus 2017 silam. Kini kedua pihak sedang melakukan pembahasan mendetil dari kesepakatan itu.

Sebelum ada penjanjakan kerja sama dengan Freeport, Amman Mineral sendiri telah memulai pembangunan smelter di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada April 2017 lalu. Smelter Amman itu dibangun di atas lahan 100 hektar di dekat Teluk Benete. Progres smelter tersebut sudah lebih dari 10% atau persiapan lahan ditargetkan rampung pada akhir 2018.

Smelter tersebut rencananya memiliki kapasitas input sebesar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan dapat ditingkatkan hingga 1,6 juta atau 2 juta ton per tahun. Kapasitas tersebut dapat memproses konsentrat baik dari tambang Batu Hijau, suplai potensial dari tambang Elang yang saat ini dalam tahap eksplorasi, maupun sumber pemasok konsentrat lainnya.

Perusahaan yang sebelumnya bernama PT Newmont Nusa Tenggara itu bahkan memiliki dua rancangan smelter. Salah satu rancangannya itu terkait dengan kerja sama dengan Freeport. Adapun kapasitas smelternya bisa ditingkatan sekitar 2 juta-2,6 juta ton konsentrat.

Sementara itu, Head of Corporate Communications Amman Mineral Anita Avianty menuturkan, penjajakan kerja sama dengan Freeport masih dilakukan. Hanya saja dia tidak menjelaskan apakah studi dan kajian teknis bersama sudah selesai digarap. 

“Kami masih terus melakukan pembahasan untuk kerjasama pembangunan proyek smelter ini,” tuturnya.

Di sisi lain, Freeport sebenarnya juga sudah mulai membangun smelter di Gresik, Jawa Timur sejak 2014 silam. Hanya saja progresnya hingga kini belum memasuki tahap konstruksi. Pasalnya, perusahaan tambang dari Amerika Serikat itu membutuhkan kepastian operasi pasca berakhitnya Kontrak Karya (KK) di 2021 nanti.

Sama dengan kerja sama dengan Amman, kelanjutan proyek smelter itu masih dalam pembahasan detil dengan pemerintah. Namun Freeport menegaskan komitmennya untuk membangun smelter, hanya saja belum disepakati tenggat waktu pembangunan smelter tersebut. Mengingat awal 2022 merupakan batas akhir ekspor konsentrat, smelter Freeport harus rampung dalam waktu sekitar tiga tahun lagi. Sementara pembangunan smelter biasanya membutuhkan waktu lima tahun.

Kerja sama Freeport dengan Amman merupakan salah satu opsi bila smelter di Gresik itu belum rampung di 2022 nanti. Namun ketika dikonfirmasi mengenai hal tersebut Riza tidak membenarkan atau menyangkalnya. 

“Masih dalam pembahasan,” katanya.

Saat ini sebanyak 1 juta ton per tahun produksi konsentrat tembaga dari Freeport diolah di smelter milik PT Smelting Gresik. Selain itu, Freeport juga mengekspor konsentrat tembaga sebesar 1,2 juta ton per tahun. Tanpa smelter baru, maka pada 2022 nanti, Freeport hanya bisa mengekspor hasil pemurnian dari 1 juta ton per tahun produksi konsentratnya.

Amman Mineral dan Freeport memiliki kewajiban pemumian di dalam negeri sebagai syarat tetap dapat mengekspor konsentrat hingga 2022. Pasalnya, keduanya telah beralih kontraknya menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK). Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara yang menyatakan bahwa hanya mineral hasil pemumian saja yang diperbolehkan diekspor mulai 2022.

Investor Daily, Page-9, Wednesday, Nov 28, 2018

Subscribe to the latest article updates via email for FREE:

0 Response to "Freeport-Amman Smelter Cooperation Stopped"

Post a Comment

SALE PARALLAX TEMPLATE ONLY US$ 5

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel