google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Transition Period, Freeport Does Not Share Dividends - MEDIA MONITORING GOLD MINE -->

Transition Period, Freeport Does Not Share Dividends



PT Freeport Indonesia plans not to share dividends this year and next year. Because, corporate revenues fell by 50 percent because concentrate production declined. The transition from open mining to underground mining caused a decline in production.



This year is the last year for taking raw ore or minerals from Freeport's open-pit Grasberg mine in remote mountains in Mimika Regency, Papua. The company is starting to switch to full underground mining because the mineral reserves in the Grasberg open pit are already up. Grasberg has been mined since 1990 and until last year produced 1.3 billion tons of ore.

the Grasberg open pit Gold Mine

PT Freeport Indonesia's President Director Tony Wenas said that the company's revenue had dropped by 50 percent. Because of the company's financial deficits, Freeport said there was no dividend distribution this year and next year. 

Tony Wenas

     The company's cash is expected to start normally in 2021 when underground mining operations are fully operational.

"Dividends are given if there is an excess of company revenue. We expect this year and next year there will be no dividend distribution, "Tony said while visiting the Kompas Office, in Jakarta.



Last year, Freeport produced 2.2 million tons of concentrate and will drop to 1 million tons this year. Freeport's revenues from mining operations in Papua during 2018 reached 6.5 billion US dollars and will drop dramatically to 3.1 billion US dollars this year. 

     The company's revenue will gradually recover and stabilize in 2023 which is estimated to reach 7.4 billion US dollars in that year.

Although there is no dividend distribution, the company remains committed to allocating social funds to Papua. This year's social fund is estimated at 100 million US dollars. In addition, Freuport does not reduce investment in underground mining operations which are on average 1 billion US dollars per year. 

     Referring to company data, Freeport last time paid dividends to the government in 2017 amounting to 135 million US dollars.

At that time the government ownership was 9.36 percent. As of December 2018, government shares were transferred to PT Indonesia Asahan Aluminum (Persero) or Inalum while acquiring Freeport shares to 51.23 percent.

The 2012-2016 period Freeport did not deposit dividends because it was investing heavily in underground mining. The accumulated dividends paid to the government from 1992 to 2010 reached 1.085 billion US dollars. 

      Previously, Head of Inalum Corporate Communication and Government Relations Rendi A Witular said that the acquisition work was to ensure the transition from open mining to underground mining operated smoothly. The transition period is estimated to take three years.

"These transition periods are very crucial. Need expertise from Freeport as the mine operator. "It is very important for Inalum to maintain that there are no disturbances during the mining process," said Rendi.

In the Inalum projection, along with Freeport's revenue increase in 2023, the company's profit rose to 4.5 billion US dollars. This condition is estimated to be stable until 2034 or 7 years before the Freeport operation ends in 2041. 

      According to the Chairperson, the Indonesia Mining Institute Irwandy Arif, the biggest challenge in the transition period is to maintain the level of concentrate production that affects the company's revenues.

IN INDONESIA

Masa Transisi, Freeport Tidak Bagi Dividen


PT Freeport Indonesia berencana tidak membagi dividen tahun ini dan tahun depan. Sebab, penerimaan perusahaan turun sampai 50 persen karena produksi konsentrat merosot. Transisi dari penambangan terbuka ke penambangan bawah tanah menyebabkan penurunan produksi tersebut.

Tahun ini adalah tahun terakhir pengambilan bijih atau mineral mentah dari tambang terbuka Grasberg yang dikelola Freeport di pegunungan terpencil di Kabupaten Mimika, Papua. 

      Perusahaan itu mulai beralih ke penambangan bawah tanah secara penuh karena cadangan mineral di tambang terbuka Grasberg sudah habis. Grasberg ditambang sejak 1990 dan sampai tahun lalu menghasilkan 1,3 miliar ton bijih.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, penerimaan perusahaan menurun drastis sampai 50 persen. Lantaran keuangan perusahaan defisit, Freeport menyatakan tidak ada pembagian dividen tahun ini dan tahun depan. 

     Kas perusahaan diperkirakan mulai normal pada 2021 saat operasi tambang bawah tanah beroperasi penuh.

”Dividen diberikan jika ada kelebihan penerimaan perusahaan. Kami perkirakan tahun ini dan tahun depan tidak ada pembagian dividen,” kata Tony saat berkunjung ke Kantor Kompas, di Jakarta.

Tahun lalu, Freeport memproduksi 2,2 juta ton konsentrat dan akan turun menjadi 1 juta ton tahun ini. Penerimaan Freeport dari operasi tambang di Papua sepanjang 2018 mencapai 6,5 miliar dollar AS dan akan menurun drastis menjadi 3,1 miliar dollar AS tahun ini. 

    Penerimaan perusahaan akan berangsur pulih dan stabil pada 2023 yang diperkirakan mencapai 7,4 miliar dollar AS di tahun itu.

Kendati tidak ada pembagian dividen, perusahaan tetap berkomitmen mengalokasikan dana sosial bagi Papua. Dana sosial tahun ini diperkirakan 100
juta dollar AS. Selain itu, Freuport tidak mengurangi investasi untuk operasi penambangan bawah tanah yang rata-rata 1 miliar dollar AS per tahun. Mengacu pada data perusahaan, Freeport terakhir kali menyetor dividen kepada pemerintah pada 2017 sebesar 135 juta dollar AS. 

Ketika itu kepemilikan saham pemerintah 9,36 persen. Per Desember 2018, saham pemerintah dialihkan ke PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sekaligus mengakuisisi saham Freeport hingga menjadi 51,23 persen.

Periode 2012-2016 Freeport tidak menyetor dividen karena sedang berinvestasi besar untuk tambang bawah tanah. Akumulasi dividen yang disetorkan kepada pemerintah sejak 1992 sampai dengan 2010 mencapai 1,085 miliar dollar AS. 

     Sebelumnya, Head of Corporate Commmunication and Government Relations Inalum Rendi A Witular mengatakan, pekerjaan pusca akuisisi adalah memastikan peralihan dari penambangan terbuka ke penambangan bawah tanah beroperasi lancar. Masa transisi diperkirakan butuh waktu tiga tahun.

”Masa-masa transisi ini sangat krusial. Perlu keahlian dari Freeport selaku operator tambang. Sangat penting bagi Inalum menjaga agar tidak ada gangguan selama penambangan berlangsung,” kata Rendi.

Dalam proyeksi Inalum, seiring peningkatan pendapatan Freeport di 2023, laba perusahaan naik menjadi 4,5 miliar dollar AS. Kondisi ini diperkirakan stabil sampai 2034 atau 7 tahun sebelum operasi Freeport berakhir pada 2041. 

      Menurut Ketua, Indonesia Mining Institute Irwandy Arif, tantangan terbesar pada masa transisi adalah menjaga tingkat produksi konsentrat yang berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan.

Kompas, Page-13, Wednesday, March 13, 2019

Subscribe to the latest article updates via email for FREE:

0 Response to "Transition Period, Freeport Does Not Share Dividends"

Post a Comment

SALE PARALLAX TEMPLATE ONLY US$ 5

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel