Freeport Indonesia Copper and Gold Sales Decline
9:56 AM
Add Comment
Freeport McMoRan Inc. said copper and gold sales until the end of September from its mines in Indonesia managed through PT Freeport Indonesia, dropped significantly compared to the same period last year. This is caused by the transition of mining activities from open-pit mining to underground.
open-pit mining
In its operational and financial report, Freeport noted the realization of copper sales from mines in Indonesia in the past 9 months amounted to 464 million pounds. The figure is down 53.74% when compared to copper sales in the same period last year which reached 1 billion tons. While gold sales recorded only 659 thousand ounces, down 68.69% compared to last year's 2.1 million ounces.
The low sales are in line with its production. As of September, copper production was recorded at 461 million pounds, 53.44% lower than 990 million tons in the same period last year. In line, gold production was only 645 thousand ounces, down 69.12% compared to production in the same period in 2018 of 2.09 million ounces.
Kathleen Quirk
Freeport McMoran Executive Vice President and Chief Financial Officer Kathleen Quirk said the sales realization was in accordance with the company's plan. From an open pit, it can indeed only mine high-grade ore in small quantities.
"Our projections assume this will continue until November. But at the end of September, we booked a higher stock of concentrates and we will try to reduce it in the fourth quarter, "She said in a conference call, Wednesday (10/23).
According to her, the existence of quite high stock is only a matter of scheduling. In the fourth quarter, it will start selling existing stock of concentrates. So, at the end of the year, the stock of copper concentrate will return to normal levels.
In the official statement of Freeport McMoRan, it is stated that Freeport Indonesia will continue to monitor geotechnical conditions in the mine down to ensure the extent of mining activities in the open pit can be carried out. So far, according to Kathleen, it has extended the mining period in the open pit until November.
"We do this to a certain extent, but indeed this [open pit mine] still has high quality ore, so it impacts us. There is a possibility that we will extend the mine longer, but our focus is to work to increase production at the underground mine, which is going well, "She explained.
the biggest underground gold mine
By starting to switch to underground mines, Freeport Indonesia's production is projected to increase significantly in 2021. The two underground mines, namely Grasberg Block Cave (GBC) and Deep Mill Level Zone (DMLZ). In 2021, Kathleen added, about 2/3 of the company's copper production will come from America and Indonesia. Gold production is also expected to rise at the time given the high quality ore in Indonesia.
"Then because it has high quality ore for both copper and gold, Grasberg's operating costs are low," he said.
For this year, Freeport Indonesia's copper sales are projected to reach 635 million pounds and 874 thousand ounces of gold. In 2020, copper sales from the Freeport mine in Indonesia are estimated to be not much different at 780 million pounds, while gold sales are 830 thousand ounces. In 2021, sales of copper and gold will skyrocket to 1.4 billion pounds of copper and 1.4 million ounces of gold respectively.
Meanwhile, Freeport Indonesia is committed to building a processing and refining plant (smelter) no later than 21 December 2023. Freeport has determined the new location of this smelter and is preparing a construction site. The value of this smellter project reaches around US $ 3 billion, of which Freeport McMoRan will bear 49% of the total cost.
IN INDONESIA
Penjualan Tembaga dan Emas Freeport Indonesia Turun
Freeport McMoRan Inc menyatakan penjualan tembaga dan emas hingga akhir September lalu dari tambangnya di Indonesia yang dikelola melalui PT Freeport Indonesia, turun signifikan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh peralihan kegiatan tambang dari tambang terbuka ke bawah tanah.
Dalam laporan operasi dan keuangannya, Freeport mencatat realisasi penjualan tembaga dari tambang di Indonesia dalam 9 bulan ini sebesar 464 juta pon. Angka tersebut turun 53,74% jika dibandingkan penjualan tembaga pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 1 miliar ton. Sementara penjualan emas tercatat hanya 659 ribu ounces, turun 68,69% dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar 2,1 juta ounces.
Rendahnya penjualan ini sejalan dengan produksinya. Sampai September, produksi tembaga tercatat sebesar 461 juta pon, lebih rendah 53,44% dibandingkan produksi periode yang sama tahun lalu 990 juta ton. Sejalan, produksi emas hanya 645 ribu ounces, turun 69,12% dibandingkan produksi periode yang sama 2018 sebesar 2,09 juta ounces.
Executive Vice President and Chief Financial Officer Freeport McMoran Kathleen Quirk menuturkan, realisasi penjualan tersebut sesuai dengan rencana perusahaan. Dari tambang terbuka, pihaknya memang hanya dapat menambang bijih berkadar tinggi dalam jumlah kecil.
“Proyeksi kami mengasumsikan hal ini akan berlanjut hingga November. Tetapi di akhir September, kami membukukan stokkonsentrat yang lebih tinggi dan kami akan berupaya menguranginya pada kuartal keempat ini,” kata dia dalam conference call, Rabu (23/10).
Menurutnya, adanya stok yang cukup tinggi tersebut hanya masalah penjadwalan saja. Di kuartal keempat, pihaknya akan mulai menjual stok konsentrat yang ada. Sehingga, pada akhir tahun, stok konsentrat tembaganya akan kembali pada level normal.
Dalam keterangan resmi Freeport McMoRan, Freeport Indonesia dinyatakan akan terus mengawati kondisi geoteknikal Turun di tambangnya guna memastikan sampai sejauh mana kegiatan penambangan di tambang terbuka dapat dilakukan. Sejauh ini, menurut Kathleen, pihaknya telah memperpanjang masa penambangan di tambang terbuka hingga November.
“Kami melakukan ini pada batas tertentu, tetapi memang ini [tambang terbuka] masih memiliki bijih kualitas tinggi, jadi berdampak pada kami. Ada kemungkinan kami akan memperpanjang tambang ini lebih lama, tetapi fokus kami adalah mengupayakan peningkatan produksi di tambang bawah tanah berjalan baik,” jelasnya.
Dengan mulai beralih ketambang bawah tanah, produksi Freeport Indonesia diproyeksikan baru naik signifikan pada 2021. Dua tambang bawah tanah yang dimaksud yakni Grasberg Block Cave (GBC) dan Deep Mill Level Zone (DMLZ). Pada 2021, Kathleen menambahkan, sekitar 2/3 produksi tembaga perusahaan akan berasal dari Amerika dan Indonesia. Produksi emas juga diperkirakan akan naik pada saat itu mengingat adanya bijih berkualitas tinggi di Indonesia.
“Kemudian karena memiliki bijih kualitas tinggi baik untuk tembaga maupun emas, membuat biaya operasi Grasberg menjadi rendah,” tuturnya.
Untuk tahun ini, penjualan tembaga Freeport Indonesia diproyeksikan sebanyak 635 juta pon dan emas 874 ribu ounces. Di 2020, penjualan tembaga dari tambang Freeport di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda yakni sebesar 780 juta pon, sementara penjualan emas 830 ribu ounces. Di 2021, penjualan tembaga dan emas akan melejit menjadi masing-masing 1,4 miliar pon tembaga dan 1,4 juta ounces emas.
Sementara itu, Freeport Indonesia berkomitmen membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) paling lambat sampai 21 Desember 2023. Freeport telah menentukan lokasi baru smelter ini dan tengah menyiapkan lokasi pembangunan. Nilai proyek smellter ini mencapai skeitar US$ 3 miliar, dimana Freeport McMoRan akan menanggung 49% dari total biaya.
Investor Daily, Page-9, Friday, Oct 25, 2019
0 Response to "Freeport Indonesia Copper and Gold Sales Decline"
Post a Comment