google.com, pub-9591068673925608, DIRECT, f08c47fec0942fa0 2019, Freeport Closes Open Mine - MEDIA MONITORING GOLD MINE -->

2019, Freeport Closes Open Mine



Supported 7 Banks, Inalum Ready for Acquisition

    The management of PT Freeport Indonesia will close the operation of the open gold mine in Grasherg, Mimika District, Papua Province, so that the production of the American mining company will be reduced drastically starting next year.

 Grasherg Gold Mine

     EVP Sustainable Development PT Freeport Indonesia, Sony Prasetyo, in Timika said Freeport's production in 2019 will be reduced by 80 thousand tons per day from 200 thousand tons per day.

"This is a technical condition, the open pit at Grassberg is about to close. 2019 is expected to stop, now it can no longer be exploited. The only way we are exploited from below or underground, "said Sony.

    Meanwhile, underground exploitation is not ready yet because there is still something to be done, such as the mining permit. Nevertheless, if the government gives permission for exploitation, underground mine, then it can not be up to 2021 or 2023.

"So this is a fair matter because it is related to the rules and clearly has an impact on production because the open mine is reduced while the underground belurn is maximally, for that it takes time," he said.

    Under such circumstances, Sony acknowledges that it will impact on several related issues such as revenues including partnership fund support to the Amungme and Kamoro Community Development Institute (LPMAK).

"For that I remind LPMAK to get ready starting in 2019 they must efficiently use the existing funds. Program do not grandiose, "he said.

    In addition, when asked about the possible efficiency of employees, said Sony, it is not easy. He admits that he has not seen the possibility that it happens because employees for Freeport are a valuable asset.

"I have not seen that yet. For this company, employees are a valuable asset, so it will not be easy. It's only natural in how efficiency is in business but once again what I say is that it will not be easy let alone until Termination of Employment (PHK). Maybe it's far, "he said.

    To that end, he hopes that the government and the Freeport team of negotiations will not take too long to decide on a number of related issues because otherwise it should not affect employees, families and communities. On the other hand, PT Indonesia Asahan Aluminum (Persero) or Inalum as holding BUMN will acquire PT Freeport Indonesia (PTFI) shares.

    President Director Inalum Budi Gunadi Sadikin said seven banks are ready to provide syndicated loans to acquire.

"Already there from the banking syndication. All 7 banks are ready to participate, "he said at the Office of the Ministry of State-Owned Enterprises (BUMN), Central Jakarta.

    However, Budi Gunadi did not want to divulge the names of the banks in question ready to provide syndication to the holding mine to acquire Freeport shares. However, he made sure the banks were aware of the conditions they had to meet and they had agreed. But the value of his own funds do not want him to call.

"Not able to speak (bank name). Terms (terms) have agreed, the amount (the amount of funds) is enough. Ready to execute, "he continued.

    But he gave little information that the banks came from home and abroad, including from the set of state-owned banks (Himbara).

"Of the 7 banks are domestic and foreign," he explained.

    He explained, actually Inalum own capital is enough to buy shares of Freeport. "Cash Inalum is US $ 700 million. It's also big enough. Ividen subsidiary business is taken so that equity is good and healthier, "he added.

IN INDONESIA

2019, Freeport Tutup Tambang Terbuka


Didukung 7 Bank, Inalum Siap Akuisisi

    Manajemen PT Freeport Indonesia akan menutup operasional tambang emas terbuka di Grasherg, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, sehingga produksi perusahaan tambang yang berasal Amerika itu akan berkurang drastis mulai tahun depan.

    EVP Sustainable Development PT Freeport Indonesia Sony Prasetyo, di Timika mengatakan produksi Freeport pada 2019 akan berkurang sebanyak 80 ribu ton per hari dari yang sebelumnya bisa mencapai 200 ribu ton per harinya.

“Ini kondisi teknis, tambang terbuka di Grassberg sudah mau tutup. 2019 diperkirakan berhenti, sekarang sudah tidak bisa lagi dieksploitasi. Satu-satunya jalan yaitu kita eksploitasi dari bawah atau underground,” kata Sony.

    Sementara itu eksploitasi di bawah tanah belum siap sebab masih ada yang harus diselesaikan, diantaranya adalah perizinan pertambangannya. Kendati demikian, jikalau pemerintah memberikan izin eksploitasi, tambang bawah tanah, maka belum bisa maksimal sampai 2021 atau 2023.

“Jadi ini masalah wajar karena ini berkaitan dengan aturan dan jelas berdampak pada produksi sebab tambang terbuka muiai berkurang sedangkan underground belurn maksimal, untuk itu butuh waktu,” ujarnya.

    Dengan situasi tersebut, Sony mengakui akan berdampak pada beberapa hal terkait seperti pendapatan termasuk dukungan dana kemitraan ke  Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK).

“Untuk itu saya ingatkan LPMAK untuk bisa bersiap-siap mulai tahun 2019 mereka harus efisien gunakan dana yang ada. Program jangan muluk-muluk,” ujarnya.

    Selain itu, ketika ditanya terkait adanya kemungkinan efisiensi karyawan, kata Sony, hal tersebut tidak mudah. Ia mengakui belum melihat kemungkinan itu terjadi sebab karyawan bagi Freeport adalah aset yang berharga.

“Saya belum melihat itu. Bagi perusahaan ini, karyawan adalah aset yang berharga, jadi tidak akan mudah. Itu wajar saja dalam bagaimana efisiensi dalam bisnis tapi sekali lagi yang saya sampaikan adalah bahwa tidak akan mudah apalagi sampai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Mungkin itu jauh,” katanya.

    Untuk itu, ia berharap agar pemerintah dan tim perundingan PT Freeport tidak terlalu lama memutuskan sejumlah persoalan terkait sebab jika tidak maka jangan sampai berdampak pada karyawan, keluarga dan masyarakat. Di sisi lain, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum selaku holding BUMN bakal mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI).

    Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sudah ada tujuh bank yang siap memberi pinjaman sindikasi untuk mengakuisisi.

“Sudah ada dari sindikasi perbankan. Semua ada 7 bank siap-siap untuk berpartisipasi,” katanya di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta Pusat.

    Namun, Budi Gunadi belum mau membocorkan nama bank-bank yang dimaksud siap memberikan sindikasi kepada holding tambang untuk mengakuisisi saham Freeport. Akan tetapi, dirinya memastikan bank-bank itu sudah mengetahui persyaratan yang harus mereka penuhi dan mereka sudah menyetujuinya. Tapi nilai dananya sendiri belum mau dia sebut.

“Belum bisa ngomong (nama banknya). Terms-nya (persyaratan) sudah setuju, amount-nya (jumlah dananya) sudah cukup. Siap untuk dieksekusilah,” lanjutnya.

    Namun dia sedikit memberi informasi kalau bank-bank itu berasal dari dalam dan luar negeri, termasuk dari himpunan bank milik negara (Himbara).

“Dari 7 bank itu dalam dan luar negeri,” jelasnya.

    Dia menjelaskan, sebenarnya modal yang dimiliki Inalum sendiri sudah cukup untuk membeli saham Freeport. “Cash Inalum ada US$ 700 juta. Itu juga sudah cukup besar sih.D ividen anak usaha diambil supaya ekuitasnya bagus dan lebih sehat,” tambahnya.

Harian Bangsa, Page-1, Tuesday, Apr 17, 2018

Subscribe to the latest article updates via email for FREE:

0 Response to "2019, Freeport Closes Open Mine"

Post a Comment

SALE PARALLAX TEMPLATE ONLY US$ 5

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel